Profil Organisasi | Tulisan dan Makalah | Media | Berita | Hikmah | Isi Buku Tamu |
Info Kegiatan | Forum Tanya-jawab | Do'a | Galeri Foto | Link | Lihat Buku Tamu |
FORUM
TANYA-JAWAB
|
(Silakan kirim pertanyaan anda ke: ijabi.yogya@eudoramail.com)
Redaksi terbuka untuk menerima pertanyaan, baik mengenai IJABI (skala nasional maupun jogja) maupun pertanyaan lain (agama, sosial, filsafat, dll) |
Pertanyaan:
Jawab Memang Tuhan menganjurkan/menyuruh hamba-Nya untuk memohon kepada-Nya. Sedangkan persoalan doa, berkaitan dengan terpenuhi/tidak-nya syarat-syarat berdoa. Berikut ini kami kutipkan pembahasan Murtadha Muthahhari mengenai syarat-syarat berdoa. Pembahasan ini diambil dari buku Ceramah-ceramah (buku kedua), terbitan Lentera.
Syarat-Syarat Doa Doa mempunyai syarat-syarat.
Syarat pertama adalah benar-benar ada keinginan dan permintaan
pada diri scorang manusia, dan seluruh sel yang ada pada diri orang tersebut
benar-benar menampakkan keinginan dan permintaan.
Apa yang diinginkannya itu benar-benar berbentuk sebuah kebutuhan.
Persis sebagaimanajika pada sebuah anggota tubuh terdapat sebuah
kebutuhan, maka seluruh anggota tubuh akan mulai bekerja untuk menghilangkan
dan memenuhi kebutuhan anggota tubuh tersebut, meskipun -misalnya- untuk
itu sebuah anggota tubuh harus banyak menelantarkan pekerjaannya. Sebagai contoh, jika rasa haus menguasai diri
sescorang, maka tanda-tanda kehausan tentu akan tampak pada wajahnya,
tenggorokan, pencemaan, bibir, lidah, dan mulutnya; semuanya tentunya
mengatakan air. Kalaupun dalarn
keadaan demikian dia tidur, maka di dalam tidurnya pun tentu dia memimpikan
air. Karena, tubuhnya benar-benar membutuhkan air.
Demikian pula halnya dengan kebutuhan jiwa manusia, yang merupakan
bagian dari alam penciptaan, dikaitkan dengan seluruh alam. jiwa manusia
merupakan bagian dari alam wujud. jika benar-benar timbul kebutuhan pada
jiwa manusia, tentu alam penciptaan yang besar ini tidak akan mengabaikannya. Berbeda antara membaca doa dengan
doa yang sesungguhnya. Sebelum
hati manusia sejalan dengan lidah maka itu belum dikatakan doa yang sesungguhnya.
Harus benar-benar tertanam keinginan dan permintaan pada hati seorang
manusia. Harus benarbenar ada rasa kebutuhan pada diri
manusia. "Siapakah Zat yang mengabulkan
orang yang terpaksa, manakala dia berdoa kepada-Nya, dan menjauhkan keburukan
darinya.(Q.S. An Naml:62) Keyakinan akan Dikabulkannya Doa Syarat doa yang berikutnya adalah
yakin dan percaya. Yaitu yakin
kepada rahmat Allah SWT yang tidak terbatas, yakin bahwa dari sisi Allah
tidak ada penghalang yang menghalanginya untuk memperoleh anugrah, yakin
bahwa rahmat Allah tidak tertutup bagi seorang hamba pun.
Adapun kekurangan seluruhnya berasal dari si hamba. Di dalam sebuah hadis dikatakan, Jika engkau
berdoa, maka anggaplah kebutuhanmu telah berada di depan pintu.”1 Imam Ali Zainal Abidin as, di
dalam doa Abu Hamzah ats-Tsumali yang senantiasa beliau baca pada waktu
sahur di bulan Ramadan mengatakan kepada Allah SWT; "Ya Allah, sesungguhnya aku
mendapati jalanjalan permintaan ke hadapan-Mu sedemikian terbentang dan
sumber-sumber mata air pengharapan di sisi-Mu sedemikian melimpah. Ya Allah, aku juga mendapati permintaan tolong
akan karuniaMu bagi orang-orang yang berharap kepada Engkau sedemikian
diperkenankan, dan pintu-pintu doa sedemikian terbuka bagi orang-orang
yang berdoa dan memohon bantun kepada-Mu.
Ya Allah, aku yakin Engkau dalam keadaan siap mengabulkan doa para
pendoa dan dalam keadaan siap memberikan perlindungan kepada orang-orang
yang memohon perlindungan. Sayajuga yakin bahwa berlindung kepada kederinawanan-Mu
dan kepada keridaan akan keputusan-Mu dapat menggantikan kebakhilan orang-orang
yang bakhil dan kelaliman orang-orang yang Ialim. Ya Allah, aku yakin bahwa orang yang berjalan
menuju-Mu tidak perlu menempuh jarak yangjauh.
Ya Allah, aku yakin bahwa Engkau tidak tersembunyi dari makhluk
ciptaanMu, melainkan harapan mercka kepada selain-Mu lah yang telah menghalangi
mereka dari-Mu."2 Tidak Bertentangan dengan Hukum
Penciptaan dan Hukum Syariat Syarat doa yang berikutnya adalah
tidak bertentangan dengan hukum penciptaan atau hukum syariat. Doa ialah
permohonan pertolongan supaya manusia bisa sampai kepada tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan olch alam penciptaan baginya, atau kepada tujuantujuan
yang telah ditetapkan oleh hukum syariat baginya. jika doa yang disampaikan
berbentuk demikian, maka doa tersebut berbentuk sebuah kebutuhan yang
bersifat alami, dan berdasarkan hukum keseimbangan yang dimiliki alam
penciptaan maka alam penciptaan akan membantunya.
Akan tetapi, jika doa tersebut berbentuk permintaan sesuatu yang
bertentangan dengan tujuan penciptaan atau tujuan syariat, seperti berdoa
memohon supaya hidup kekal di dunia -yaitu mempunyai umur yang abadi dan
tidak pernah matiatau berdoa untuk memutuskan tali silaturahmi, maka doa
seperti ini tidak akan dikabulkan. Dengan
kata lain, doa seperti ini bukan doa yang sesungguhnya. Keselarasan Seluruh Urusan Pendoa Syarat berikutnya adalah seluruh
urusan kehidupan pendoa sejalan dan selaras dengan doa yang disampaikannya.
Dengan kata lain, dia harus sejalan dengan tujuan penciptaan dan
tujuan penetapan syariat. Dia harus mempunyai hati yang bersih, sumber
pencaharian yang halal, tidak berbuat lalim kepada orang lain. Di dalam sebuah hadis Imam Ja'far ash-Shadiq
as dikatakan, "Jika seseorang dari kamu menginginkan doanya dikabulkan
maka dia harus menyucikan mata pencahariannya, dan dia harus melepaskan
diri dari melalimi orang lain. Sesungguhnya
Allah SWT tidak akan mengabulkan doa seorang hamba yang di dalam perutnya
masih ada barang yang haram, atau masih berbuat Ialim kepada seorang makhluk
Allah”3 Yang Menjadi Bahan Permintaan di dalain Doa Bukan Merupakan
Akibat dari Dosa Syarat doa berikutnya adalah bahwa
keadaan atau sesuatu yang diminta oleh sescorang di dalam doa bukan merupakan
akibat dari dosa yang dilakukannya. Selama
sescorang tidak bertobat dan menghilangkan sebab-sebah yang mendatangkan
keadaan ini, maka keadaan tersebut tidak akan berubah. Sebagai contoh, perbuatan amar
makruf nahi munkar adalah wajib hukumnya.
Baik dan rusaknya sebuah masyarakat sangat berhubungan erat dengan
dilakukan atau tidak dilakukannya perbuatan amar makruf dan munkar tersebut. Akibat logis dari meninggalkan perbuatan amar
makruf nahi munkar adalah terbukanya pintu lebar-lebar bagi kejahatan,
dan menjadikannya dapat menguasai masyarakat. Jika masyarakat melalaikan kewajiban
ini, dan kemudian mercka mendapatkan akibat dari keialaiannya ini, L-du
setelah itu mereka ingin menghilangkan akibat tersebut dengan doa, maka
itu tidaklah mungkin. jalan satu-satunya yang harus mereka tempuh adalah
bertobat atas kelalaiannya itu, dan kemudian mereka berusaha untuk melaksanakan
amar makruf nahi munkar pada batas-batas kemampuan dirinya. Dalam keadaan ini, tentu secara perlahan-lahan
mercka akan sainpai kepada yang diinginkannya. Allah SWT berfirman, 'Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka sendiri" 4 Di dalam hadis-hadis yang mu’tabar
dikatakan, "Karnu harus melakukan amar makruf nahi munkar. Karena, jika tidak, maka keburukan-keburukanmu
akan menguasai dirimu, Ialu orang-orang yang saleh di antara kamu berdoa
namun doa mercka tidak akan lagi dikabulkan."5 Pada hakikatnya, doa semacam ini pun bertentangan
dengan hukum penciptaan dan hukum syariat. Demikian juga hal dengan orang yang
tidak mau berusaha dan hanya berdoa.
Orang ini pun melakukan sebuah perbuatan yang bertentangan dengan
hukum penciptaan dan hukum syariat. Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Seorang yang berdoa tanpa disertai
usaha adalah tidak ubahnya seperti orang yang memanah tanpa tali busur
panah."'6 Dengan kata lain, antara usaha dan doa saling
melengkapi satu sama lainnya. Doa
yang tidak disertai dengan usaha dan amal perbuatan tidak akan ada pengaruhnya. Doa Tidak Boleh Dijadikan Sebagai
Pengganti Usaha Syarat doa selanjutnya adalah
benar-benar perwujudan dari kebutuhan.
Doa dijadikan sandaran pada saat seorang manusia tidak mempunyai
jalan untuk bisa sampai kepada yang dituju, pada saat dia lemah dan tidak
mampu. Adapun jika Allah SWT telah memberikan kunci
kebutuhan kepada seseorang, dan orang tersebut kufur nikmat dan enggan
menggunakan kunci yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, dan dia
malah meminta kepada Allah SWT supaya dibukakan baginya pintu yang kuncinya
berada di tangannya, tentu doa semacam ini tidak akan dikabulkan. Doa semacam ini pun termasuk ke
dalam jenis doa yang menentang hukum penciptaan. Tujuan doa adalah untuk memperoleh kemampuan. Berdoa pada saat Allah SWT telah memberikan
kemampuan kepada manusia untuk mendapatkan yang dicari (mathlub) maka
itu terinasuk meminta sesuatu yang telah diperoleh (tahshil al-hashil). Oleh
karena itu, para pemimpin agama berkata, "Ada lima kelompok orang
yang doanya tidak dikabulkan.7 Yang pertama adalah doa orang
yang mempunyai istri yang suka menyakitinya, dan dia merasa tertekan dengan
istrinya itu, serta dia mempunyai kemampuan untuk membayar mahar istrinya
dan mentalaknya, namun tidak mentalaknya, serta senantiasa mengatakan,
'Tuhanku, lepaskanlah aku dari kejahatan wanita ini.'Yang kedua, orang
yang mempunyai seorang hamba yang berulanwulang kali kabur, namun dia
tetap masih juga mempertahankannya, dan berulang-ulang selalu mengatakan,
'Ya Allah, lepaskanlah aku dari keburukannya', padahal dia bisa menjualnya. Adapun yang ketiga adalah orang yang lewat di sisi tembok yang hendak
runtuh, dan dia tahu bahwa tembok itu hendak runtuh, namun dia tidak menjauh
dari tembok tersebut, melainkan selalu berdoa, 'Ya Allah, selamatkanlah
jiwaku.' Yang keempat adalah orang yang meminjamkan hartanya kepada orang
lain, namun dia Ialai tidak mendatangkan saksi dan tidak membuat surat
hitam di atas putih, kemudian orang yang berhutang itu tidak mengembalikan
hartanya, dan dia berdoa kepada Allah SWT supaya dikembalikan hartanya. Padahal, sejak awal dia mampu untuk tidak membeiikan hutang sebelum
ada saksi dan bukti tertulis. Adapun
yang kelima adalah orang yang tetap tinggal di rumah dengan meninw galkan
pekedaannya, namun dia selalu mengatakan, Ta Allah, karuniakanlah rezeki
kepadaku." Jelas, ini tidak hanya terbatas
pada yang lima di atas. Kelima
hal di atas mcrupakan contoh bagi tempattempat di mana manusia mampu mencapai
tujuannya melalui alan usaha, namun dia mengabaikan usaha dan ingin menjadikan
doa sebagai pengganti usaha. Tidak, tidak bolch demikian. Di dalam alam penciptaan ini doa tidak diperuntukkan
sebagai pengganti dari usaha. Doa
adalah penyempurna usaha, dan bukannya pengganti usaha.
1.
Bihar al Anwar, jilid 93, hal 305. 2. Penggalan dari
doa Abu Hamzah ats-Tsumali 3. Bihar al
Anwar, jilid 93, hal 321. 4. Q.S. Ar Ra’d:11 5. Al Kafi
jilid 5 6. Bihar al
Anwar, jilid 93, hal 312. 7. Bihar al
Anwar, jilid 93, hal 356. |
Pertanyaan lain: Bagaimana pengertian syukur ? -baru !
|
|