Profil Organisasi | Tulisan dan Makalah | Media | Berita | Hikmah | Isi Buku Tamu |
Info Kegiatan | Forum Tanya-jawab | Do'a | Galeri Foto | Link | Lihat Buku Tamu |
NASIHAT UNTUK KUMAIL BIN ZIYAD Berkata
Kumail bin Ziyad An-Nakha'iy: "Pada suatu hari, Amirul Mukminin
Ali bin Abi Thalib menggandeng tanganku dan membawaku ke suatu tempat
pekuburan. Sesampainya di sana, ia menarik napas panjang
dan berkata kepadaku: Wahai
Kumail, sesungguhnya kalbu manusia itu seperti wadah, yang terbaik darinya
ialah yang paling rapi menjaga segala yang disimpan di dalamnya. Maka ingatlah apa yang kukatakan kepadamu: Manusia
itu ada tiga macam: rabbaniy yang
berilmu; orang yang senantiasa belajar dan selalu berusaha agar berada
di jalan keselamatan; - selebihnya - orang-orang awam yang bodoh dan
picik, yang mengikuti semua suara - yang benar maupun yang batil bergoyang
bersama setiap angin yang menghembus, tiada bersuluh dengan cahaya ilmu
dan tiada melindungkan diri dengan "pegangan" yang kukuh-kuat. Wahai
Kumail, ilmu adalah lebih utama daripada harta. Ilmu menjagamu, sedangkan kau harus menjaga hartamu. Harta akan berkurang bila kaunafkahkan, sedangkan
ilmu bertambah subur bila kaunafkahkan. Demikian pula budi yang ditimbulkan dengan harta akan hilang dengan
hilangnya harta. Wahai
Kumail, makrifat ilmu seperti juga Agama, merupakan pegangan hidup terbaik.
Dengannya orang akan beroleh ketaatan dan penghormatan sepanjang
hidupnya serta nama harum setelah wafatnya.
Ilmu adalah hakim dan harta adalah sesuatu yang dihakimi. Wahai
Kumail, kaum penumpuk harta-benda telah "mati" di masa hidupnya,
sedangkan orang-orang yang berilmu tetap "hidup" sepanjang
masa. Sosok tubuh mereka telah hilang, namun kenangan
kepada mereka tetap di hati. Ah ....
di sini (sambil menunjuk ke arah dadanya sendiri) tersimpan ilmu yang
banyak sekali . . . sekiranya kujumpai orang-orang yang mau dan mampu
"memikulnya"! Memang,
telah kudapati orang yang cerdas akalnya, tapi ia tak dapat dipercaya. Seringkali memperalat ilmu agama untuk kepentingan
dunia, menindas hamba-hamba Allah dengan anugerah nikmat-Nya yang dikaruniakan
atas dirinya, dan memaksakan pendapatnya atas orang-orang kecintaan
Allah. Atau kudapati seorang
yang sangat patuh kepada para pembawa kebenaran, tetapi tidak memiliki
kealifan untuk menembus pelik-peliknya, sehingga hatinya mudah goyah
setiap kali keraguan - walau sedikit - melintas di depannya.. Tidak! Bukan yang "ini" atau yang "itu".
Juga bukan
seseorang yang amat rakus mencari kelezatan hidup, yang mudah dikendalikan
hawa nafsu. Atau yang gemar
mengumpul dan menyimpan harta. Tiada
keduanya patut termasuk di antara para gembala agama, tapi justru lebih
dekat kepada binatang ternak yang digembalakdn untuk mencari makan. Begitulah, ilmu menjadi "mati" dengan
kematian para pembawanya. Meskipun
demikian ... demi Allah, bumi ini takkan pernah kosong dari seorang
Qd-im lilldh bi hullah (petugas Allah pembawa
hujah-Nya), baik ia yang tampak dan dikenal atau yang cemas terliput
oleh kezaliman atas dirinya. Sehingga
- dengan demikian - tiada'kan pemah menjadi batal hujah-hujah Allah
dan taifda-tanda kebenaranNya. Namun
berapakah ... dan di manakah mereka ... ? Sungguh mereka itu teramat
sedikit jumlahnya tetapi teramat agung kedudukannya di sisi Allah. Dengan merekalah Allah menjaga hujah-hujah dan tanda-tanda-Nya,
sampai mereka menyerahterimakannya kepada orangorang yang berpadanan
dengan mereka, dan menanamnya di hati orangorang yang seperti mereka. Hakikat
"ilmu" menghunjam dalam lubuk kesadaran nurani mereka. Sehingga tindakan mereka berdasarkan "ruh"
keyakinan. Hidup berzuhud, yang
dirasa keras dan sulit bagi kaum yang suka bermewah-mewah, bagi mereka
terasa lembut dan lunak. Hati
mereka tenteram dengan segala yang justru menggelisahkan orang-orang
jahil. Mereka hidup di dunia
ini dengan tubuh-tubuh yang "tersangkut di tempat-tempat amat tinggi
. . ." Mereka
itulah khalifah-khalifah Allah
di bumi-Nya yang menyeru kepada Agama-Nya ... Ah . .
. sungguh sangat besar rinduku bertemu dengan mereka! Kini, pulanglah (wahai Kumail), bila Anda ingin. |